Peranan Mahasiswa Berprestasi di Kampus
Oleh: Syahid Ismail
Pada hakikatnya setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk meraih prestasi dan menggapai impiannya. Segala kekurangan yang dimiliki tidaklah layak untuk dijadikan alasan seseorang sehingga tidak berprestasi. Orang-orang besar yang telah menaklukkan dunia juga merupakan orang-orang yang punya kekurangan, misalnya tokoh terkenal Helen Keller (lahir di Tuscumbia, Alabama, 27 Juni 1880) yang buta dan tuli, namun ia juga seorang penulis, aktivis politik, dan dosen Amerika bahkan kisah hidupnya meraih piala Oscar.
Mahasiswa merupakan orang-orang terpilih, orang-orang berprestasi yang nasibnya lebih baik daripada anak bangsa lainnya yang tidak mendapatkan kesempatan yang sama. Namun, belum semua mahasiswa memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mengukir prestasi sebaik-baiknya sehingga hanya beberapa orang saja lah yang dapat meraih prestasi gemilang.
Mahasiswa yang telah dibebani predikat berprestasi, seharusnya pro-aktif mendukung perubahan dan perbaikan di masyarakat atau paling tidak di kampusnya masing-masing. Pertama, sebagai agen motivator bagi mahasiswa lainnya. Iklim kompetisi dan iklim akademis harus ditumbuhkan oleh mahasiswa yang lebih dalulu memiliki kesadaran akan semangat berprestasi. Misalnya ketika penulis berkunjung ke beberapa universitas di Jawa yaitu UI, IPB, ITB, dan UNJ. Tampak adanya iklim akademis dan kompetisi yang dibuktikan dengan terlihatnya kelompok-kelompok diskusi dan komunitas membaca. Semangat berprestasi juga terkadang harus dipancing dengan stimulus dari luar, salah satunya adalah dengan melihat kesuksesan orang lain terlebih dahulu. Mahasiswa berprestasi hendaklah dapat mentrasfer semangat berperestasi itu ke mahasiswa lainnya. Prestasi yang diraih seorang mahasiswa di suatu kampus, sedikit besar akan memberi pengaruh terhadap mahasiswa lain terutama yang memiliki kedekatan tertentu. Pengaruh itu boleh saja menimbulkan iri ke arah yang positif sehinggi muncullah iklim kompetisi yang sehat dan pada akhirnya timbul motivasi untuk berprestasi di kalangan mahasiswa kampus.
Kedua, Think globally act locally: berfikir global dan universal, seorang mahasiswa berprestasi tidak selayaknya berfikir parsial misalnya mengukur keberhasilan dari perolehan IPK tinggi saja. Berfikir global adalah berfikir besar secara menyeluruh termasuk didalamnya berfikir sosial. Berfikir sosial dengan cara menumbuhkan kepedulian terhadap mahasiswa lainnya, terhadap lingkungan kampus dan terhadap segala kondisi di kampus. Kepedulian itu kemudian dimunculkan dengan action yang berupa pengabdian. Contohnya seorang mahasiswa yang telah memngikuti jenjang leadership hingga tingkat nasional dengan cukup lama sehingga ia memiliki kemapuan leadership tinggi, kemudian kondisi kampus belum mengalami kedewasaan politik sehingga timbul kesadaran untuk memberikan kontribusinya.
Berfikir besar juga berkaitan dengan orientasi hidup seorang mahasiswa. Dalam buku yang berjudul Start from the End yang menjelaskan bahwa segala sesuatu yang dilakukan seseorang seharusnya merupakan representatif dari tujuan akhir orang tersebut. Orientasi seorang mahasiswa hendaknya tidak hanya terpaku pada orientasi sukses pribadi, tetapi juga memperhatikan orang-orang sekitar, menumbuhkan sikap toleransi, tenggang rasa dan peduli terhadap setiap fenomena kampus.
Ketiga, Melakukan transfer klowledge, seorang mahasiswa berprestasi mungkin memiliki peengetahuan dan skill yang lebih baik dari mahasiswa pada umumnya. Namun demikian, tidaklah pantas jika kelebihan itu membuat seseorang menjadi sombong atau sekedar ingin memilikinya sendiri. Semangat berbagi pengetahuan dan skill bisa dilakukan dengan cara membuka diskusi-diskusi ilmiah atau sekedar membimbing rekan yang membutuhkan.
Kedudukan mahasiswa berprestasi yang sama seperti mahasiswa lainnya dapat memudahkan transfer pengetahuan. Tidak adanya rasa sungkan dan komunikasi yang lancar dapat menjadi nilai lebih dari transfer pengetahuan yang dlakukan oleh mahasiswa dibandingkan dengan yang dilakukan oleh dosen khususnya untuk kondisi kampus saat ini.
Keempat, Menjadi preseden kebaikan. Jika dalam dunia kampus yang kompleks dengan berbagai pemikiran dan preseden mulai dari yang kanan, netral, hingga yang ke kiri-kirian. maka untuk mengimbanginya diperlukan mahasiswa yang menjadi preseden atau pembuka jalan untuk melakukan terobosan-terobosan baru demi kemajuan kampus. Mahasiswa berprestasi harus menjadi inisiator yang kreatif dan inovatif, harus menjadi creator ide-ide besar dengan berfikir out of the box. Dan akhirnya kebaikan yang dimiliki oleh beberapa orang berprestasi itu bisa menjadi teladan yang baik bagi mahasiswa yang lainnya.
Keempat poin di atas hanyah hal sederhana yang jika masing-masing individu berprestasi dapat mulai melakukannya, maka diharapkan dapat terjadi perubahan di kampus ke arah yang lebih baik. Pada dasarnya, iklim akademis di kampus adalah menjadi tanggung jawab mahasiswa juga. Tidak dapat dipungkiri bawa tenaga pengajar (dosen) tidaklah menjadi satu-satunya sumber memperoleh pendidikan, namun proses pendidikan selama di kampus justru jauh lebih banyak didapatkan dari sesama rekan mahasiswa dalam pergaulan selama kuliah. Dunia kampus juga menjadi tempat yang paling strategis dalam pencarian jati diri seorang mahasiswa, meski banyak orang yang mendapatkan masa depannya dari kampus, namun tidak jarang pula orang yang kehilangan masa depan di kampus. (syh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar